Edukasi Parenting

Rahasia Bulan Ayu Mengatasi Anak Dyslexia

Ditulis oleh Bu Guru Siti

“Dyslexia”, istilah itu saya pernah dengar tapi tahu persisnya sih, tapi saya sendiri tidak tahu dan ingin rasanya tahu apa istilah unik itu. Maka ketika Senin, 11 Oktober 2021 yang lalu, saya diajak ikut bergabung oleh teman blogger untuk ikut wabinar tentang Dyslexia, saya langsung menyambutnya dengan antusias. Soalnya webinar ini ada kaitannya dengan profesi saya sehari-hari sebagai guru.

Wah…saya semakin penasaran ingin ikut serta di webinar ini, walaupun sebenarnya waktu pelaksanaannya dilakukan pada jam sibuk saya sebagai guru. Tepatnya jam di mana adalah waktunya anak-anak didikku sedang menerima Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) atau yang biasa di sebut Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Tapi terus terang ini tidak menurunkan niat dan semangatku untuk ikut webinar ini, sekalipun terpaksa harus tergopoh-gopoh. Akhirnya acara webinar yang dimulai dari pukul 11.00 WIB, namun saya baru bisa ikut bergabung di pukul 11.25 WIB. Alhamdulillah tidak ketinggalan terlalu jauh kok.

 

Saya (Bunda Sitti Rabiah) saat mengikuti webinar bersama Bunda Bulan Ayu (foto dok Bunda Sitti Rabiah)

Saya (Bunda Sitti Rabiah) saat mengikuti webinar bersama Bunda Bulan Ayu (foto dok Bunda Sitti Rabiah).

 

 

 

 

Sejarah dan Perkenalan Bunda Bulan Ayu

Nah…dalam acara wabinar ini, ada seorang note speaker perempuan cantik, mukanya mulus, bahasanya sesekali bercampur bahasa Indonesia dan Malaysia, tapi tetap fasih bahasa Indonesianya.

Beliau memperkenalkan dirinya dengan nama Bulan Poerba Ayu, yang ternyata bunda yang satu ini adalah seorang Program Director Dyslexia Genius di Kuala Lumpur Malaysia, wah….hebat yah.

Bunda Bulan Ayu ini dimasa masih gadis, ternyata lahir di Indonesia dan dipersunting oleh seorang bujang Malaysia yang gagah, cerdas dan ganteng yang bernama Jaldeen Mohammad Ali. Beliau tidak lain adalah anak dari seorang Pakar dan Praktisi serta pendiri  sekolah Dyslexia. Ibu tercintanya bernama Puan Sariah Amirin bergelar “Ibu Dyslexia” di Malaysia. Subhanallah…sungguh hebat.

Ada yang lebih membuat saya kaget atas pengakuan Bunda Bulan Ayu ketika masuk acara tanya jawab di acara webinar Dyslexia ini. Yaitu pengakuannya bahwa beliau sendiri adalah anak Dyslexia. Apa itu Dyslexia?

Menurut Bunda Bulan Ayu, anak Dyslexia adalah anak yang lahir dengan mengalami berbagai hal yang susah dilakukan oleh anak normal seusianya. Yakni susah mengingat nama-nama orang, susah mengingat nomor telepon. “Bahkan nomor telepon saya sendiri dan nomor telepon suami saya sampai saat ini belum bisa saya hafal,” kata Bunda Bulan Ayu.

 

Suasana ketika webinar bersama Bunda Bulan Ayu yang memberikan materi (foto dok Bunda Sitti Rabiah)

Suasana ketika webinar bersama Bunda Bulan Ayu yang memberikan materi tentang Anak Dyslexia (foto dok Bunda Sitti Rabiah)

 

Nah…Bunda Bulan Ayu, akhirnya sadar dan mengetahui dirinya kalau dia adalah anak Dyslexia. Hal itu diketahui, setelah suaminya Jaldeen memberitahu secara pelan-pelan,  kalau dia itu anak Dyslexia.

Pengalaman ini diceritakan Bunda Bulan Ayu di acara webinar dengan perasaan sangat sedih karena beliau sendiri yang mengalamainya. Suaminya memberitahukannya kalau ciri-ciri Dyslexia ini ada pada dirinya. Dan lucunya, itu diberitahukan kepada Bunda Ayu setelah mereka nikah.

Kenapa Jaldeen setelah nikah baru memberitahukan kepada Bunda Ayu? Jawabnya karena mungkin takut Jaldeen hubungannya putus dengan Bunda Ayu hehehe….

Bunda Bulan Ayu menceritakan kalau dulu semasa dia sekolah di SD, SMP di Indonesia, betapa susahnya belajar mengeja huruf tapi anehnya dia pintar ngomong. Juga susah menghitung, Jangankan hitung-hitungan matematika yang rumit, yang sederhana saja susah. Belajar hari ini, besok lupa lagi.

Dikisahkan juga bagaimana orang tuanya yang selalu menghukum karena beliau dianggap bodoh, dianggap malas belajar. Padahal hampir setiap malam beliau belajar karena merasa dirinya tidak mau dianggap orang bodoh. Bagaimanapun dia harus pintar, harus bisa seperti teman-temannya. Tapi tetap saja beliau tidak bisa, dalam ulangannya selalu mendapat nilai yang sangat rendah.

Bunda Ayu mengatakan orang tuanya selalu menghukumnya, namun dia tidak pernah dendam karena ternyata orang tuanya juga tidak tahu kalau beliau itu adalah anak Dyslexia. Bagaimana pun dia tidak bisa mendapatkan pembelajaran yang pas, sebab kata Bunda Ayu, terutama hal ini terjadi sewaktu beliau di SD dan SMP.

Menurut Bunda Ayu, ada salah seorang gurunya yang sering memberikan beliau motivasi dan memberikan nilai 7  pada salah satu mata pelajaran. Guru inilah yang selalu diingatnya sampai saat ini. Karena satu-satunya guru yang memberikan nilai 7 dan itu adalah nilai yang paling tinggi buatnya saat itu. Wah…sangat sedih juga mendengarnya.

Sekarang  ini Bunda Ayu sudah menjadi Bunda yang Dyxlexia tapi sudah berhasil dan berjaya dalam dunia pendidikan.

Alhamdulillah selain Director Dyslexia, beliau juga sudah mengantongi Sarjana Ekonomi, Sarjana Hukum dan bahkan sudah menjadi Magister Hukum (S2), dan itu berkat bimbingan suami dan ibu mertua Bunda Bulan Ayu sendiri. Luar biasa kan?

 

Ibu mertua Bunda Bulan Ayu (kiri baju biru.) Nampak juga Bulan Ayu di belakang (baju merah) dalam satu acara di Malaysia (foto dok Bulan Ayu)

Ibu mertua Bunda Bulan Ayu (kiri baju biru). Nampak juga Bulan Ayu di belakang (baju merah) dalam satu acara di Malaysia (foto dok Bulan Ayu)

 

Bunda Bulan Ayu bersama mertua dan suaminya Jaldeen, sering travel keliling Kuala Lumpur untuk membantu anak-anak Dyslexia, dan Bunda Bulan Ayu lebih banyak menghabiskan waktunya berkeliling mengabdikan dirinya selaku pelopor pembelajaran untuk anak-anak Dyslexia.

 

Foto Bulan Ayu bersama mertua laki-laki dan suaminya Jaldeen (dok Bulan Ayu)

Foto Bulan Ayu bersama mertua laki-laki dan suaminya Jaldeen (dok Bulan Ayu)

Beliau mulai mengabdikan dirinya menjadi guru anak-anak Dyslexia tahun 2010 hingga saat ini. Hasilnya lumayan sebab sudah mulai percaya diri untuk menjadi trainer dan melatih guru-guru anak-anak Dyslexia dimana-mana. Bunda Ayu juga sudah memberikan “Screening” untuk pelajar Dyslexia. Itu dilakukan semenjak sudah banyak menimba ilmu dari suami dan sang mertua.

Pada tahun 2013 Bunda Bulan Ayu diberikan hadiah dari Tuhan. Yaitu lahirnya seorang anak pertama yang juga divonis menderita “Dyscalculia”.

Sang anak tersebut mengalami kesulitan berhitung, sulit mengenal angka dan nilai. Akan tetapi Bunda Bulan Ayu dan suami tidak putus asa, tidak sedikitpun merasa sedih, bahkan dengan sabar mendidik anaknya. Setiap hari memberikan terapi yang mereka jalankan juga untuk anak-anak yang lain.

Di usia 7 tahun, anaknya Bunda Bulan Ayu kemudian saatnya masuk Sekolah Dasar. Sang anak didaftarkan di sekolah favorit yaitu sekolah St. John yang merupakan sekolah cukup terkenal di Malaysia. Masuknya pun melalui tes yang sangat ketat.

Tapi Alhamdulillah di sinilah kelihatan peran seorang Bunda Bulan Ayu, anaknya bisa lolos dan melewati ujian dengan baik. Sungguh di luar dugaan, karena sebagai orang tua Bunda Bulan Ayu sempat merasa cemas dan merasa was-was kalau anaknya tidak bisa masuk ke sekolah tersebut. Namun luar biasa ternyata bisa lolos dan masuk sekolah St John. Wah….suatu prestasi yang sangat membanggakan.

Apa itu Dyslexia?

Dyslexia adalah gangguan dalam proses belajar, yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja huruf. Juga termasuk dalam masalah pembelajaran yang tidak kelihatan pada diri anak-anak. Dari segi sosial anak-anak ini seperti anak-anak biasa, akan tetapi mereka menggalami masalah tidak bisa membaca, menulis, bahkan sering tidak tidak fokus.

Gangguan ini melibatkan cara otak memproses simbol gratis dan suara pada kata-kata, meskipun tergolong dalam kondisi neurologis, tidak memiliki keterkaitan dengan kecerdasan. Sekitar 700 juta orang di dunia diketahui menderita Dyslexia, atau sekitar 1 dari 10 populasi global. Hasil penelitian ini dimuat lebih rinci dalam jurnal “Proceedings of the Royal Society B”.

Menurut catatan pada saat webinar bersama Bulan Ayu, populasi ini di Asia Tenggara khususnya adalah 15 % dari populasi di negara tersebut. Di Indonesia sendiri belum banyak yang tahu, bagaimana penanganannya, dan sampai kapan bisa sembuh seperti orang normal lainnya.

Bahasa umum untuk Dyslexia ini adalah anak-anak yang mengalami masalah pembelajaran. Tidak paham urutan angka, tidak faham urutan huruf, susah konsentrasi dan susah membaca.

Nah..di Malaysia sudah ada sekolah penanganan Dyslexia ini. Mereka diajarkan sesuai tools yang telah dipatenkan oleh suami Bunda Bulan Ayu yang bernama Jaldeen Mohd Ali.

Selain itu ibu mertua Bunda Bulan Ayu juga mempunyai andil penanganan Dyslexia di Malaysia, menjadi pejuang agar anak-anak penderita gangguan otak dari Taman kanak-kanak hingga unversitas untuk memperhatikan, memberikan beasiswa kepada anak penderita, sehingga ibu mertuanya dujuluki ibu Dyslexia Malaysia.

Sekarang Bunda Bulan Ayu yang masih berkewarganegaraan Indonesia menjabat sebagai Director dan Program Director Dyslexia Genius Malaysia. Sebuah lembaga khusus penanganan anak-anak Dyslexia.

Bagaimana Penanganan anak Dyslexia?

Menurut hasil webinar dengan Bunda Bulan Ayu, tidak ada makanan pantangan untuk anak Dyslexia ini, kecuali yang Dyslexia yang mix dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) itu harus dikurangi makanan yang mengandung banyak gula.

Tapi kalau Dyslexia itu pada dasarnya tidak ada makanan pantangan. Dyslexia akan lebih baik jika ditangani lebih awal, seharusnya lebih cepat ditangani akan lebih baik. Nah..jika dilakukan terapi, seharusnya yang diterapi adalah pembelajarannya, bukan medicalnya, kata Bunda Bulan.

Jika anda seorang guru atau kepala sekolah, sebaiknya saat pertama masuk sekolah perlu diadakan screening kecil 1 sampai 20 anak, untuk mengetahui ada tidak anak yang mengalami Dyslexia atau tidak. Jika ada, bentuk atau buat satu kelas yaitu kelas pemulihan yang  memerlukan sedikit terapi, untuk memastikan apakah anak ini betul memiliki Dyslexia atau tidak.

Jangan terlalu sering melakukan pembelajaran yang berulang-ulang terhadap anak Dyslexia, karena itu sangat membosankan, itu kata Bunda. Jangan terlalu sering memaksakan untuk harus pintar dalam waktu yang cepat, jangan menganggap Dyslexia itu adalah anak yang bodoh, blo’on, anak yang malas belajar, anak yang bego karena “itu sangat menyakitkan”, itu kata Bunda Bulan, karena beliau pernah merasakan itu.

Tolong berikan motivasi, jangan ditekan terus untuk harus pintar, yang akhirnya membuat anak minder, diam di pojok-pojok karena merasa dirinya tak berguna, merasa dirinya bodoh, merasa dirinya tidak pintar dan lain-lain.

Berikan terapi atau bimbingan yang pas, berikan juga kesempatan untuk maju, bukan hanya anak yang pintar saja yang harus maju, tapi tolong anak yang Dyslexia ini juga ingin maju, jangan hanya anak yang pintar saja yang maju. Itu kata Bunda Bulan Ayu dalam keadaan menangis menyampaikan pada acara webinar kemarin.

Nah…demikianlah reportase saya dari hasil webinar bersama dengan Bunda Bulan Ayu. Untuk mengetahui lebih jauh profil dari Bunda Bulan Ayu, boleh mampir di website beliau pada link http://bulanayu-dyslexia.com 

Bagi yang berminat ikut bergabung pada Webinar berikutnya, catat tanggal dan hari pelaksanaanya sesuai dengan flyer di bawah ini.

Tentang Penulis

Bu Guru Siti

Seorang ibu, juga seorang guru yang berusaha semaksimal mungkin mendedikasikan diri untuk mendidik putera-puteri Indonesia sepenuh hati dan menjaga sepenuh jiwa.

Berikan sebuah komentar